Senin, Juni 16, 2008

MLM: Bisnis Orang Makan Orang?


Ketika mendengar kata MLM, sebagian orang akan langsung bereaksi negatif. Katanya MLM adalah bisnis "cuci otak"; bisnis "kibul-mengibul" bahkan yang sangat negatif adalah bisnis drakula; bisnis orang makan orang...dan masih banyak lagi... Apakah benar begitu? Sebenarnya MLM adalah bentuk lain dari bisnis jaringan distribusi barang; Pada sistem konvensional barang dari pabrik, lewat agen tunggal, distributor/pedagang besar regional, distributor propinsi, distributor kota, reseller baru ke tangan konsumen; di tambah biaya promosi(biaya promosi ini bisa memakan biaya sampai 30%). Setiap titik tentunya akan mengambil keuntungan.Dengan demikian harga barang yang keluar dari pabrik sampai ke tangan konsumen bisa naik 3-5 kali harga dari pabrik.Jadi bisa dibayangkan betapa besar biaya untuk barang dari pabrik sampai ke tangan konsumen. Pada sistem MLM, titik-titik distribusi tadi dipangkas, biaya distribusi dan promosi dialihkan menjadi bonus dan reward yang di berikan kepada para distributornya.Bonus-bonus dan rewards tadi diberikan bertingkat menurut prestasi distributornya. Itulah sebabnya mengapa distributor yang mau bekerja secara serius di bisnis MLM penghasilannya bisa meningkat pesat dalam beberapa tahun saja. Pada sistem distribusi konvensional,besarnya biaya promosi diberikan untuk membayar artis atau biro iklan, biaya spot iklan di televisi atau radio yang mencapai jutaan rupiah setiap kali tayang.Belum jika iklan tersebut menggunakan artis yang terkenal. Beberapa waktu lalu tentu kita ingat ada artis yang menuntut perusahaan yang iklankan produknya, besarnya...ratusan juta rupiah. Pada sistem distribusi MLM, biaya promosi hampir dikatakan tidak ada karena promosi dilakukan mulut lewat mulut para distributornya. Pada sistem distribusi konvensional,besarnya keuntungan yang diambil setiap titik tidak transparan.Apalagi titik distribusi ditingkat bawah biasanya tidak mengetahui keuntungan yang diambil titik distribusi di atasnya. Pada sistem MLM,besarnya keuntungan(yang diberikan dalam bentuk bonus) yang ada pada setiap titik dilakukan transparan.Besarnya keuntungan(bonus)dapat dilihat bahkan sebelum seseorang memutuskan bergabung. Namun kadang-kadang karena sifatnya yang transparan ini membuat orang yang bergabung belakangan berpikir bahwa dia menjadi sapi perahan sponsornya (orang yang mengajak bergabung jadi distributor) atau bahwa dia hanya menguntungkan atasnya. Padahal kalo di bisnis konvensional apakah orang juga akan menanyakan hal tersebut? Untuk info lebih lanjut silahkan kontak +62 856 287 7068, atau kontak YM di iwan_ky.Mau email juga boleh: sy.ismawan(at)gmail.com

Tidak ada komentar: